Sabtu, 20 September 2014

Catatan hati Dunia Anak



 Apa sih pendidikan anak usia dini itu?
Belum banyak masyarakat terutama orang tua yang memiliki anak BALITA mengetahui arti dari pendidikan anak usia dini secara pasti. Walaupun Pendidikan anak usia dini ini sudah ada di Indonesia sejak zaman dahulu kala, dibuktikan dengan adanya guru atau resi yang di datangkan ke kerajaan untuk mendidik anak-anak mereka.
Sebelum membahas mengenai pendidikan anak usia dini, terlebih dahulu mengetahui tentang arti pendidikan. Menurut Sitem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik (murid) secara aktif mengembangkan pengendalian diri/ emosional, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dari 4 pilar, yaitu learning to know (anak belajar dari pengalaman yang diperolehnya), learnig to do (anak belajar dari perbuatan yang dilakukannya), learning to be (anak belajar karena dia melakukan), dan learning to live together (anak belajar dari pengalaman hidupnya di masyarakat).
Di Indonesia, pengertian Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendidikan yang diberikan kepada anak usia 0 – 6 tahun. Sedangkan kalau di luar negeri, PAUD itu diberikan kepada anak usia 0 – 8 tahun.
PAUD di Indonesia dibagi menjadi beberapa program (UNESCO, 2003; 2005), seperti Taman Kanak – kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), Taman Bermain / play group, Taman Penitipan Anak (TPA), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Bina Keluarga Balita (BKB), dan Pos PAUD/ Satuan PAUD Sejenis.
Heart: 1Pendidikan ini tidak hanya didapatkan anak dari sekolah saja, tetapi lebih penting pendidikan ini didapatkan dari keluarga. Karena anak diawasi guru 2,5 jam setiap hari dan sebagian besar waktu anak dihabiskan di rumah. Sehingga pendidikan dan pengasuhan anak diutamakan dilakukan oleh anak.

Mengapa PAUD itu penting???
Anak usia dini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, baik perkembangan fisik maupun mentalnya. Pertumbuhan dan perkembangan ini sudah dimulai sejak anak masih dalam kandungan, makanya sangat penting pada saat ibu hamil melakukan stimulus atau rangsangan kepada calon bayinya (seperti mendengarkan musik dengan irama yang menenangkan), makan makanan yang bergizi, dan selalu kontrol ke bidan atau dokter kandungan secara rutin sesuai anjuran dokter.
Menurut hasil-hasil penelitian mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi, anak pada usia ini (0 – 8 tahun) ini anak mengalami tahun keemasan atau golden age karena perkembangan otak anak mencapai 80% dan pada tahun keemasan ini akan menentukan dasar-dasar perilaku seseorang di masa yang akan datang. Untuk itu, sudah banyak negara di dunia yang lebih menekankan dan mewajibkan pendidikan buah hati mereka sejak usia dini (0 – 8 tahun) karena orang tua dan pemerintah sudah sadar betul akan pentingnya pendidikan anak usia dini.

Bagaimana cara mendidik Anak Usia Dini?
Setiap orang tua pasti menginginkan memiliki buah hati yang cerdas dan bisa membanggakan Anda. Maka dari itu, sangat penting bagi Anda untuk memasukkan buah hati Anda ke sekolah-sekolah PAUD terdekat. Selain itu, perlu dikomunikasikan antara guru dan orang tua mengenai pendidikan anak di sekolah sehingga nantinya pendidikan yang diterima anak di sekolah dan di rumah saling berkesinambungan dan selaras. Diharapkan supaya anak tidak mengalami kebingungan apabila ingin melakukan tindakan apa pun.
Seperti kisah berikut ini:
Andi merupakan anak laki-laki berusia 4 tahun dan sekolah di salah satu TK di kota Semarang. Di sekolah, Andi diajarkan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Apabila setelah makan jajanan, bungkusnya selalu di buang di tempat sampah. Tapi setibanya di rumah, orang tua Andi mencontohkan membuang sampah sembarangan. Apabila selesai makan jajan, Andi selalu membuang sampah seenaknya saja. Sehingga pelajaran pembiasaan yang diterapkan di sekolah terkesan sia-sia karena apa yang diajarkan di sekolah tidak diterapkan juga di rumah.
Heart: 2Kisah ilustrasi kedua, Santi merupakan murid perempuan di salah satu TK yang ada di Kota Semarang, dia berusia 5 tahun. Sejak awal masuk sekolah, orang tua Santi selalu menayakan perkembangan Santi dan menanyakan pembiasaan apa saja yang diterapkan guru di sekolah. Misalnya, Guru selalu menyuruh murid-murid untuk membereskan mainan yang diambilnya. Sesampainya di rumah, orang tua Santi selalu menyuruh Santi untuk membereskan mainannya sendiri yang diambilnya. Sehingga sebelum menyelesaikan kegiatan beres-beres mainannya selesai, Santi tidak boleh pergi main ke luar rumah. Maka dari itu, Santi selalu membereskan mainannya sebelum main keluar rumah.
Dari kedua ilustrasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembiasaan yang diterapkan di sekolah dan di rumah itu harus saling berkesinambungan supaya pembiasaan-pembiasaan baik yang diajarkan di sekolah tidak sia-sia.
Untuk Anda, kisah manakah yang akan Anda terapkan bagi putra-putri Anda di rumah? Pastinya Anda yang lebih tahu mana yang terbaik buat buah hati Anda.
Kritik dan saran penulis nantikan selalu. Semoga catatan penulis ini dapat bermanfaat bagi Anda. Nantikan catatan selanjutnya di bulan depan...
Terimakasih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar