Senin, 20 Mei 2013

managemen sarana dan prasarana



A.    Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana
Sebelum membahas lebih jauh mengenai manajemen sarana prasarana, alangkah baiknya mengetahui pengertian dari manajemen PAUD terlebih dahulu. Menurut Suyadi (2011) pengertian manajemen PAUD adalah suatu upaya mengelola, mengatur, dan atau mengarahkan proses interaksi edukatif antara anak didik dengan guru dan lingkungan secara teratur, terencana, dan tersistematisasikan untuk mencapai tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Sedangkan pengertian manajemen sarana prasarana PAUD itu sendiri adalah pengelolaan secara efektif terhadap seluruh asset lembaga PAUD yang dimiliki. Beberapa bentuk aset sarana dan prasarana tersebut mencakup tanah dan bangunan PAUD, perangkat pembelajaran yang terdiri dari alat-alat permainan edukatif (APE), baik yang indoor maupun outdoor, jasa, dan lain sebagainya. Makalah ini akan membahas mengenai pengelolaan seluruh sarana prasarana tersebut, mulai dari penentuan lokasi pendirian PAUD, luas tanah dan bentuk bangunan, sarana prasarana perangkat pembelajaran, dan manajemen perawatan maupun penggunaan.

B.     Pengelolaan sarana prasarana
Pengelolaan sarana prasarana PAUD mencakup asset-aset yang dimiliki oleh lembaga PAUD itu sendiri, diantaranya:
1.      Lokasi Pendirian PAUD
Sebelum mendirikan sebuah bangunan PAUD, yayasan pendiri harus berkonsultasi kepada tokoh masyarakat mengenai lokasi yang strategis untuk didirikan lembaga PAUD. Karena tokoh masyarakat jauh lebih mengetahui tentang kawasan tempatnya bermukim daripada pihak lain. Hal ini dimaksudkan agar pendirian lembaga PAUD benar-benar berada di pusat kawasan atau area perkampungan sehingga semua anak-anak di kawsan tersebut dapat mengakses lembaga PAUD secara lebih mudah. Tetapi jika pihak yayasan pendiri PAUD sudah mempunyai lokasi yang disediakan khusus, maka tidak perlu lagi konsultasi lagi dengan tokoh masyarakat melainkan meminta persetujuan dan dukungan, terutama tetangga yang paling dekat dengan lokasi.
Pada prinsipnya, lokasi pendirian PAUD adalah area yang paling strategis sekaligus paling kondusif sehingga proses pembelajaran dapat pembelajaran dapat berjalan dengan nyaman, tenang, dan mencerdaskan. Selain itu jalur transportasi yang memadai, sehingga semua orang tua yang mempunyai anak usia dini dikawasan tersebut dapat mengakses lembaga PAUD dengan mudah dan aman.

2.      Luas Tanah dan Bentuk Bangunan
Sangat penting setiap pembangunan atau pendirian PAUD memperhatikan luas tanah dan bentuk gedung guna membuat anak menjadi nyaman dan betah untuk sekolah.
a.    Luas Tanah
Seperti halnya yang terdapat dalam standar pendidikan anak usia dini, suatu pendirian bangunan ada beberapa standar mengenai sarana prasarana, diantaranya:
1.      Aman, nyaman, terang, memenuhi criteria kesehatan bagi anak dan sesuai tingkat perkembangan anak.
2.      Luas lahan minimal 300 meter2 (ruang guru, ruang kepala TK, UKS, kamar mandi/ WC untuk guru dan anak).
3.      Ruang anak dengan rasio 3 m2 per anak
4.      Memiliki fasilitas permainan baik didalam maupun diluar ruangan.
Pada prinsipnya terdapat rasionalisasi perbandingan antara luas tanah, luas bangunan, dan daya tamping anak didik yang akan direkrut. Luas tanah berkaitan dengan penyediaan lahan bermain di area terbuka, beserta kelengkapan sarana prasarana, sedangkan luas bangunan berkaitan dengan kapasitas jumlah anak didik yang akan ditampung. Jika merujuk pada teori-teori ilmu pertanahan (agrarian), luas bangunan dalam sebidang tanah maksimal ¾ dari luas tanah dan ¼ tanah tersebut digunakan untuk membangun sebuah taman.
Sedangkan dalam konteks PAUD, keberadaan ruang terbuka merupakan suatu keniscayaan. Sebab, ruang terbuka akan menjadi ajang kreativitas tanpa batas untuk anak-anak. Oleh karena itu, keberadaannya sangat dibutuhkan.
Tetepi hal ini justru sangat jarang sekali bisa dijumpai perkotaan. Justru kebanyakan PAUD yang ada diperkotaan menggunakan seluruh tanah untuk membangun sebuah gedung dan menempatkan srea bermain di dalam ruangan. Sehingga alternatif berkarya wisata pun selalu diagendakan guna memenuhi kebutuhan anak untuk bermain di ruang terbuka dan mengenal dunia luar selain di ruang kelas.

b.   Bentuk Bangunan
Kebanyakan yang sering dilihat bentuk bangunan PAUD itu cenderung hampir sama dengan bentuk bangunan lain, seperti rumah, toko, dsb. Cuma yang membedakan adalah warna cet dan gambar-gambar yang terpampang di tembok-tembok sekolah saja.
Bentuk gedung PAUD sebenarnya tidak harus kotak. Tetapi bisa berupa ruang lingkaran, elips, segitiga, dan lain sebagainya. Misalnya: kelas A1 berbentuk elips, kelas A2 berbentuk geometri, kelas B1 berbentuk pesawat, dan kelas B2 berbentuk alam terbuka, dan lain sebagainya.
Jika gedung PAUD seperti ini berhasil diwujudkan maka PAUD yang demikian akan menjadi “surga para pembelajar sejati”, yakni anak usia dini. Nuansa yang berbeda-beda tersebut membuat anak senantiasa betah dan tidak pernah merasa bosan di sekolah.
Demikian pula dengan fasilitas bermain anak yang lainnya, seperti kolam renang. Desain kolam renang juga tidak boleh terlalu sederhana, yaitu kotak, bujur sangkar, dan lingkaran. Sebaiknya desain kolam renang untuk anak dibuat dengan bentuk unik, seperti geometri, elips, tak beraturan, dan sebagainya.

3.      Pola Tata Ruang
Pola ruang dan tata kelas juga harus diperhatikan. Maksudnya pola atau susunan berbagai perabotan ruang, seperti meja, kursi, rak, lemari, dan lain-lain harus dibuat semenarik mungkin. Contohnya: meja dan kursi untuk anak harus dibuat dari kayu yang keras tetapi ringan dan dicat dengan warna yang kontras dan terbuat dari zat pewarna non toxid. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat menggeser dan memindah-mindahkan tempat duduknya sesuai dengan keinginannya. Pola tata ruang yang demikian, disamping membuat anak-anak mudah mengeluarkan inisiatif, juga membiasakan mereka untuk belajar tertib, teratur, dan disiplin.

C.    Sarana Prasarana Pembelajaran
Sarana prasarana pembelajaran kegiatan dibagi menjadi 2, yaitu:
1.      Sarana Prasarana Perangkat Pembelajaran Indoor
Perangkat sarana prasarana di ruang tertutup diisi berbagai fasilitas permainan indoor, seperti balok dengan berbagai aturan, bola, benda menyerupai binatang, mobil-mobilan, dan lain sebagainya. Saran prasarana ini akan merangsang kreativitas anak dengan memberdayakan sarana prasarana yang ada diruangan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa jenis alat permainan yang perlu disediakan di dalam ruang atau aula tempat bermain anak, diantaranya:
·         Balok dengan berbagai ukuran
·         Balok yang terbuat dari gabus atau kain
·         Balok susun dengan ukuran beraturan, dari yang kecil sampai yang besar
·         Mozaik
·         Benda-benda berbentuk geometri
·         Papan berwarna-warni dengan beranekaragam bentuk
·         Menara susun beranekaragam bentuk, misal: menara gelang, menara kubus, dsb.
·         Berbagai gambar bertema yang lengkap, misalnya: gambar dengan tema binatang, bangunan, dsb.
·         Balok berbentuk huruf dan bilangan.
Masih banyak lagi alat permainan yang dapat disediakan di aula atau ruangan tertutup sebagai kawasan bebas bergerak untuk aak. Disamping kompleksitas alat bermain diruang tertutup (aula), hal yang perlu diperhatikan adalah penataan atau pengelolaannya.

2.      Sarana Prasarana Perangkat Pembelajaran Outdoor
Selain sarana prasarana dalam ruang atau indoor, lembaga PAUD juga harus melengkapi sarana prasarana di ruang terbuka (outdoor atau lapangan). Isinya sama, yakni berbagai fasilitas pembelajaran atau permainan. Hanya saja, bentuk dan jenisnya lebih bervariasi sesuai dengan kondisi di luar ruangan yang ada. Jadi, selain memfasilitasi sarana prasarana pada ruang tertutup atau aula, juga harus disediakan sarana prasarana permainan di ruang terbuka atau lapangan.
Ruang terbuka juga bisa menjadi wahana empiris terhadap beberapa alat permainan yang terdapat dalam ruang tertutup. Sekedar contoh, jika di dalam ruang telah terdapat berbagai gambar bertema, maka di alam terbuka anak dapat menyaksikan bahkan bersentuhan secara langsung mwrupakan wujud nyata berbagai lukisan di dalam aulanya. Sehingga anak-anak bisa melihat secara langsung, menyentuh secara nyata (jika memungkinkan), mendengar suara aslinya, bahkan mencium aroma berbagai binatang tersebut. Tentu hal ini mampu meningkatkan fungsi panca indra anak secara maksimal.
Daya tarik lapangan atau ruang terbuka bagi anak adalah perlengkapan berbagai edukatif yang sangat bervariatif, seperti: menara, bola dunia, bak pasir, roda berputar, dan lain sebagainya. Secara terperinci beberapa alat permainan edukatif yang selayaknya tersedia diruang terbuka sebagai berikut:
·         Kursi jungkit yang menyerupai kuda-kudaan.
·         Kolam renang dengan kedalaman 60- 80 cm
·         Papan luncur di sebelah koalm renang yang bentuknya menyerupai gajah
·         Ban mobil bekas yang sudah di cat untuk digelindingkan
·         Titian berbentuk binatang yang beragam
·         Papan jungkit dari kayu
·         Ayunan kursi dan ayunan gantung
·         Bola dunia untuk bermainan memanjat
·         Anyaman tali besar (tampar)
·         Terowongan buatan atau gorong-gorong, dan lain-lain.
Walaupun ruang terbuka sebagai ruang belajar telah dilengkapi dengan berbagai permaian yang disebutkan di atas, tetapi tetap saja tidak akamampu mewakili alam terbuka secara luas. Jika ruang terbuka (lapangan) pada khususnya dan alam bebas pada umumnya hendak dijadikan sebagai sumber belajar dan area bermain bagi anak, maka syarat yang tidak boleh diabaikan adalah faktor keamanan. Guru dan orang tua harus bisa menjamin dan memastika suatu area, baik lapangan atau alam terbuka bebas dari tumbuhan liar, binatang berbisa, dan benda-benda tajam lainnya, sehingga anak dapat bermain bebas dan sesuka hatinya tanpa ada rasa takut terhadap benda-benda di alam terbuka tersebut.
Walaupun demikian, pendampingan guru dan orangtua tetap diperlukan. Mengingat kreativitas anak di alam terbuka sangat sulit dikendalikan. Dalam hal ini, Sudono (2006)  memberikan rekomendasi bahwa perbandingan antara guru dan jumlah anak ketika karya wisata adalah 1 banding 5. Artinya setiap satu guru maksimal mendampingi 5 anak.
Satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam sarana prasarana pembelajaran, baik di ruang tertutup maupun terbuka adalah, bahwa system layanan pembelajaran harus mengakomodasi kemampuan, minat, dan kebutuhan anak. Sebab, hal ini akan menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam setiap mengikuti aktivitas pembelajaran.

D.    Manajemen Perawatan Sarana Prasarana dan Penggunaan
Bagian ini membahas manajemen perawatan sarana prasarana, khususnya berbagai permainan edukatif, baik indoor maupun outdoor. Karena manajemen ini dianggap lebih penting dari pada manajemen yang lain, seperti gedung, mengingat sirkulasi penggunaan relative riskin.
Disamping itu manajemen perawatan sarana prasarana, khususnya permainan edukatif baik indoor maupun outdoor sangat berkaitan awet tidaknya sebuah alat permainan edukatif. Bahkan merawat jauh lebih penting dari pada membuat. Pengelolaan alat permainan edukatif yang baik akan membuat anak senang bermain dan betah untuk menyelesaikan berbagai permainannya. Menutut Cherry Clare, lingkungan sekolah mempengaruhi motivasi bermain anak (Clare, 1972). Oleh karena itu menata atau mengatur alat permainan sedemikian rupa sehingga menarik simpati anak sangat diperlukan. Dengan begitu anak akan senang bermain dan belajar di sekolah.
  Beberapa aspek penting dalam pengelolaan alat permainan edukatif adalah perencanaan, pengadaan, perawatan atau pengawetan, penggunaan, dan evaluasi sekaligus penghapusan.
1.      Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan atau agenda yang dicanangkan dan akan segera dilaksanakan. Dalam konteks manajemen alat permainan edukatif, supaya menghasilkan perencanaan yang baik, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a.       Mempertimbangkan jumlah dan usia anak-didik
Sebelum pengadaan alat permainan edukatif, harus dipertimbangkan jumlah anak dan usianya. Sebab, alat permainan yang terlalu sedikit akan berakibat pada pertikaian antar anak karena berebut mainan. Ukuran ruang kelas juga tidak boleh diabaikan. Ukuran ruang kelas anak-anak antara 20-30 peserta didik diperlukan ruang minimal ukuran 7x8 meter.
Tabel pengelompokkan (kelas) Anak Berdasarkan Usia
No.
Usia anak
Jumlah Maksimal
Kelompok
Kelas
1.
2.
3.
4.
5.
0-3     tahun
3-3,6  tahun
3,6- 4 tahun
4 – 5  tahun
5 – 6  tahun
25 - 30  anak
15 – 20 anak
15 – 20 anak
15 – 20 anak
15 – 20 anak
TPA
KB
KB
TK
TK
-
A1
A2
B1
B2

Berdasarkan table pengelompokkan usia anak kedalam kelas-kelas sebagaimana disebutkan diatas, dapat dipahami bahwa selisih usia anak-anak pada kelas KB adalah 6 bulan dan anak-anak pada kelas TK 12 bulan atau satu tahun.
b.      Sistem pembiasaan
Sistem pembiasaan perlu dipertimbangkan dalam pembuatan perencanaan. System pembiasaan yang dimaksud adalah pembiasaan anak bermain setiap hari. Kebiasaan ini menuntut jenis permainan yang awet dan tahan lama, sehingga walaupun dipakai setiap hari tetap dalam keadaan baik. Oleh karena itu, ketika mengadakan (membeli) alat permainan edukatif, jangan hanya mempertimbangkan dana atau uang semata. Tetapi, kualitas alat permainan harus diutamakan.
Memang kondisi keuangan TK selalu menjadi alasan klasik keterbatasan alat permainan edukatif. Tetapi, hal itu bisa diatasi dengan menyiasati jumlah alat permainan edukatif secara merata.
c.       Keuangan
Dengan mempertimbangkan faktor keuangan sekolah, hasil perencanaan dapat lebih matang. Sehingga, walaupun alat permainannya sedikit (dengan pola giliran secara atau berurutan dengan baik) bisa mencukupi kebutuhan bermain anak dan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.

2.      Pengadaan
Aspek pengelolaan alat permainan edukatif yang kedua adalah pengadaan. Disamping menyesuaikan dengan perencanaan, pengadaan alat permainan edukatif juga harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.       Pemahaman terhadap seluk-beluk alat-alat permainan edukatif.
Tercapai atau tidaknya tujuan belajar pada anak melalui kegiatan bermain ditentukan oleh jenis alat permainan edukatif yang digunakan. Sebab, tujuan memberikan berbagai permainan pada anak tidak lain adalah untuk memperkenalkan kepada mereka berbagai konsep, seperti: warna, bentuk, perbedaan dan persamaan, panjang dan pendek, berat dan ringan, tenggelam dan terapung, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, memperhatikan karakteristik dan seluk-beluk serta fungsi berbagai alat permainan edukatif sangat penting.

3.      Penggunaan
Sifat teknis dalam penggunaan alat permainan edukatif adalah keteraturan atau prosedur bermain yang sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dengan mempertimbangkan faktor keamanan.
Pertama, keteraturan atau prosedur langkah kerja dalam bermain. Menurut Montessori, bermain bagi anak adalah “kerja” bagi orang dewasa (Lesley Britton, 1972). Sebagaimana pekerjaan-pekerjaan lain yang mempunyai aturan dan prosedur kerja, demikian juga dengan alat-alat permainan edukatif yang juga mempunyai aturan bermain yang tertib dan menyenangkan.
Kedua, faktor keamanan. Faktor keamanan adalah aspek terpenting dari bermain. Terlebih lagi jika anak-anak bermain di alam terbuka atau alam bebas. Faktor keamanan tidak boleh ditawar-tawar. Identifikasi faktor keamanan ini dapat dilakukan dengan mendeteksi apakah bahan alat permainan edukatif bersisi tajam, berserat kasar atau dicat dengan sembarang atau tidak? Jika anak-anak bermain di alam bebas identifikasi apakah di lokasi tersebut terdapat binatang melata yang berbisa, tanaman liar berdaun tajam dan lainnya.

4.      Perawatan
Setelah alat permainan edukatif digunakan dengan tertib dan teratur, maka alat-alat permainan tersebut harus disimpan atau dirawat sedemikian rupa, sehingga alat permainan edukatif awet (tahan lama/tidak cepat rusak) dan tetap aman digunakan. Jdi jangan dibiarkan alat permainan edukatif berserakan dan disimpan sembarangan setelah digunakan.

5.      Evaluasi
Dengan kegiatan evaluasi tingkat perkembangan anak yang telah dicapai melalui kegiatan bermain dapat diketahui. Secara otomatis, efektivitas alat permainan edukatif dalam mencerdaskan anak dapat ditinjau ulang.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi semua alat permainan edukatif:
1.      Buatlah daftar semua alat permainan edukatif yang ada, dengan criteria rusak ringan (Rr), rusak sedang (Rs), dan rusak berat (Rb).
2.      Masukkan semua jenis alat permainan edukatif yang ada ke dalam kolom “Jenis alat edukatif”.
3.      Identifikasi semua alat permainan edukatif dalam setiap satu pecan sekali.
No
Jenis alat permainan edukatif
Rr
Rs
Rb
1
Nama alat permainan edukatif


2
Nama alat permainan edukatif


3
Nama alat permainan edukatif


4
Nama alat permainan edukatif


5
Nama alat permainan edukatif


Keterangan:
Rr = Rusak ringan. Segera dicat ulang
Rs = Rusak sedang. Segera diperbaiki.
Rb = Rusak berat. Segera diganti
4.      Hasil identifikasi adalah pemberian tanda contreng (√) pada setiap jenis alat permainan edukatif.
5.      Tindak lanjut dari hasil evaluasi tersebut adalah, segera dicat ulang untul alat permainan yang rusak ringan (Rr), segera diperbaiki untuk alat permainan yang rusak sedang (Rs), dan segera diganti untuk alat permainan yang rusak berat (Rb).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar