Senin, 20 Mei 2013

pola pengasuhan anak dalam keluarga



Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa sansekerta “kulawarga”. Kata kula berarti ras dan warga yang berarti anggota. Keluarga adalah lingkungan dimana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Keluarga terbagi menjadi keluarga inti yang terdiri suami istri dan anak serta keluarga luas meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan nenek.
Orang tua adalah ayah dan ibu yang melahirkan manusia baru (anak) serta mempunyai kewajiban untuk mengasuh, merawat dan mendidik anak tersebut guna menjadi generasi yang baik. Orang tua mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mental dan spiritual anaknya seperti:
  • Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar agar anak tidak tertekan.
  • Mengajarkan kepada anak tentang dasar-dasar pola hidup pergaulan yang benar.
  • Memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak-anaknya. Hal ini disebabkan orang tua khususnya, dalam ruang lingkup keluarga merupakan media awal dari satu proses sosialisasi, sehingga dalam proses sosialisasi tersebut orang tua mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi manusia baik-baik.

Pengertian Pengasuhan
Pengasuhan memiliki beberapa definisi atau pengertian, kerap didefinisikan sebagai cara mengasuh anak mencakup yaitu pengalaman, keahlian, kualitas, dan tanggungjawab yang dilakukan orang tua dalam mendidik dan merawat anak, sehingga anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat dimana ia berada atau tinggal.
Menurut kamus pengasuhan sering disebut pula sebagai “child-rearing” yaitu pengalaman, keterampilan, kualitas, dan tanggungjawab sebagai orang tua dalam mendidik dan merawat anak : the experiences, skills, qualities, responsibilities involved in being a parent and in leaching and caring, for a child (Encarta dictionary).
Pengasuhan atau disebut juga “parenting” adalah proses menumbuhkan dan mendidik anak dari kelahiran anak hingga anak memasuki usia dewasa. Tugas ini umumnya dikerjakan oleh ibu dan ayah (orang tua biologis dari anak), namun bila orang tua biologisnya tidak mampu melakukan pengasuhan, maka tugas ini diambil oleh kerabat dekat termasuk kakak, nenek dan kakek, orang tua angkat, atau oleh institusi seperti panti asuhan (“alternative care”).
Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, menurut Satoto (1990); Zeitlin, Colleta, Megawangi, dan Babatunde (1992) diperlukan dua faktor yang saling berkaitan, yaitu interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan pemberian stimulasi. Dengan demikian pengasuhan adalah bentuk interaksi dan pemberian stimulasi dari orang dewasa di sekitar kehidupan anak. Ini berarti anak adalah sebagai penerima stimulus yang kemudian memberikan respon. Stimulus positiflah yang diharapkan berlangsung selama pengasuhan, misalnya dengan mensosialisasikan kata-kata positif yang diperdengarkan kepada nak sejak masih kecil, mengajarkan anak tentang suatu konsep, mensosialisasikan tentang peraturan dan sebagainya. Interaksi juga dapat diberikan dalam bentuk sentuhan, gendongan, ciuman, pujian, dan sebagainya yang mencerminkan ekpreksi emosi pengasuh yang timbal balik antara pengasuh dan anak.
Sementara itu Myers (1992) menuliskan bahwa aktivitas pengasuhan anak paling tidak mencakup beberapa aktivitas berikut yaitu : melindungi anak, memberikan perumahan atau tempat perlindungan, pakaian, makanan, merawat anak (termasuk memandikan, mengajarkan cara buang air, dan memelihara bila anak sakit), memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak, berinteraksi dengan anak dan memberikan stimulasi kepadanya, serta memberikan kemampuan sosialisasi dengan budayanya.
pola asuh merupakan cara orangtua bertindak sebagai orangtua terhadap anak-anaknya di mana mereka melakukan serangkaian usaha aktif. Menurut Suardiman (1983 : 22) memberikan pengertian bahwa pola asuh adalah cara mengasuh anak, usaha memelihara, membimbing, membina, melindungi anak untuk kelangsungan hidupnya.
Menurut Hurlock ada beberapa kondisi yang meningkatkan kreativitas ; Waktu, kesempatan menyendiri, dorongan, sarana, lingkungan yang merangsang, hubungan orang tua –anak yang tidak posesif, cara mendidik anak dan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Creativity of an individual is an interactive result of his/her intelligence, knowledge, thinking styles, personality, motivation, and environtment (Stenberg & Lubart 1991). Amabiles dalam Thai & Chong( 2004 : 20) menyebutkan ada beberapa komponen dalam perkembangan kreativitas seseorang yaitu ; komponen kognitif yang terdiri dari kecerdasan, pengetahuan( knowledge) dan keterampilan (skill). Keterampilan ini didukung oleh bawaan lahir dari kemampuan kognitif, Persepsi dan kemampuan motorik, serta pendidikan formal dan informal. Kreativitas sangat berhubungan kecocokan dengan gaya bekerja kognitif pengetahuan baik secara implisit maupun eksplisit dan gaya bekerja yang fleksibel. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui pelatihan, pengalaman dan karaktersitik personal. Komponen yang kedua yaitu komponen kepribadian yang terfokus pada komitmen, motivasi dan minat, serta keterbukaan dalam mentoleransi perbedaan. Motivasi terdiri dari sikap terhadap tugas yang diemban dan persepsi dari motivasi diri dalam memahami tugas dan tanggung jawab. Tan (2004:27) menjelaskan tentang kerangka kerja kreativitas pada umumnya berdasarkan pada beberapa asumsi :

  • Setiap individu memiliki potensi untuk menjadi kreatif
  • Kreativitas dapat tumbuh ketika komponen pra pembentukan (motivasi, kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan) hadir dalam individu (amabile 1983). Dan berkembang dalam lingkungan yang mendukung
  • Proses menjadi kreatif adalah perkembangan kognitif individu termasuk ide atau gagasan secara umum dan tahap eksplorasiStruktur kreativitas dapat tersusun dari sumber menuju dataran teknis dengan mengundang dua atau lebih ahli dan pendatang baru atau pemula seperti siswa dan teman sekelompok.
  • Tutor PAUD harus memperhatikan kompetensi paaedagogi (perencanaan, memilih model pembelajaran, dan pengelolaan sikap).

Mereka harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dan termotivasi untuk mengajar dengan efektif dan kreatif.
Menurut Than (2004 :28) ada beberapa hal yang dapat membangun kreativitas dalam pendidikan. Rogers (1961) mendefiniskan “membangun / constructive” memiliki makna konotasi seperti memiliki karakter terbuka pada pengalaman baru, beretika, humanis, perhatian terhadap diri sendiri dan orang lain . Jadi pola asuh kreatif adalah sebuah pola yg sistemik dalam mengasuh, merawat dan menjaga anak secara berkesinambungan dengan teknik-teknik kreatif, dimana kreativitas menurut Hurlock adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Model Positive parengting program merupakan salah satu model pola asuh yang tengah dikembangkan oleh Matthew Sanders seorang Professor of Clinical Psychology and Director of the Parenting and Family Support Centre at The University of Queensland. Positive parenting program adalah Rutinitas dan perubahan sederhana dalam membina hubungan kekeluargaan yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Small Change Big Difference, dimana hubungan ini membina hubungan dengan anak secara positif dan berkesinambungan. Mengapa model positive parenting program ini sanat penting karena menurut hasil penelitian kemandirian belajar anak sangat ditentukan oleh pola asuh orang tua, dimna pola asuh orang tua yang demokratis memberikan signifikansi yang besar dalam membentuk kemandirian anak dalam belajar. (Astuti 2005). Sedangkan hasil penelitian lainnya menyebutkan bahwa tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh dalam menentukan pola asuh terhadap anaknya. Orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan rendah cenderung otoriter dan permisif terhadap anaknya, sedangkan orang tua yang emiliki latar belakang pendidikan tinggi cenderung menggunakan pola asuh yang demokratis. Tipe-tipe pola asuh orang tua terhadap anak antara lain:
1.       Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
2.      Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.
Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3. Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.

Pola asuh orang tua dalam mengembangakan kecerdasan kognitif anak
Pola asuh orang tua sangat menentukan perkembangan kecerdasan anak. Stimulus yang diberikan orang tua juga mempunyai peranan yang penting. Jadi stimulus adalah kegiatan merangsang secara memadai kemampuan dasar agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Dalam memberikan stimulus dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan yaitu usia 4 bulan sampai usia 6 tahun. Ada beberapa prinsip dalam melakukan stimulus terhadap anak usia dini, antara lain:
  1. Stimulus dilakukan berdasarkan kasih sayang dari orang tua maupun keluarga
  2. Selalu menunjukkan perilaku yang baik
  3. Stimulus dilakukan dengan benar, maksudnya sesuai dengan tahap perkembangan
  4. Menggunakan alat bantu dan permainan yang aman bagi anak
  5. Berikan kesempatan yang sama antara anak laki-laki dan perempuan
Pola pengasuhan orang tua dalam peningkatan kognitif anak antara lain:
  1. Meceritakan dongeng pada anak sebelum tidur
  2. Memperdengarkan dan mengajari anak dalam bernyanyi serta bermain musik
  3. Melakukan dialog pada anak tentang segala hal
  4. Mengajak anak untuk mengimajinasikan dalam bentuk gambar atau lukisan
  5. Mengajak anak untuk melakukan eksperimen, misalnya mengajak anak untuk memasak bersama
  6. Mengasah kemampuan mengingat anak dengan bermain puzzle
  7. Mengajak anak dengan bermain tebak-tebakan
  8. Mengajak anak dengan bermain peran

2 komentar:

  1. mafff itu pengertian orang tua di ambil dari mana??

    BalasHapus
  2. saya mengutip dari salah satu buku. maaf saya lupa bukunya. cz sudah lama sekali..

    BalasHapus